Langgam Bayang, Sabda Kelir: Peran dan Kontribusi Ki Narto Sabdo dalam Pelestarian Wayang Kulit di Semarang (1945-1985)
DOI:
https://doi.org/10.55606/inovasi.v4i1.4387Kata Kunci:
Ki Narto Sabdo, Shadow Puppetry, SemarangAbstrak
Ki Narto Sabdo is an important figure in Javanese culture, especially in Semarang. During the period from 1945 to 1985, through innovations in the art of wayang kulit puppetry, he successfully preserved, developed, and revitalized the wayang tradition amidst the modernization and socio-political dynamics of Indonesia. As a master puppeteer and innovator in performance styles, Ki Narto Sabdo not only created hundreds of new gending and lakon rich in Javanese moral, spiritual, and philosophical values, but also built a cultural preservation ecosystem. He did this through the establishment of art studios, mentoring young puppeteers, and cross-style collaborations that resulted in the distinctive Semarang wayang. In the context of significant socio-cultural changes in Indonesia from post-independence to the New Order, his contributions not only influenced the continuity of performing arts. Ki Narto Sabdo also played an important role in strengthening wayang kulit as a tool for character education, uniting communities, and driving the local cultural economy. By analyzing in depth the role and influence of Ki Narto Sabdo on the art community, cultural institutions, and the regeneration of wayang kulit artists in Semarang, this research aims to provide a more specific and contextual understanding of cultural heritage preservation strategies.
Referensi
Cahyo, J. (2021). Menelusuri Nilai Budaya yang ada dalam Pertunjukan Tradisional Wayang. Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 12.
Cohen, M. I. (2014). Wayang Kulit Tradisional dan Pasca-Tradisional di Jawa Masa Kini. Jurnal Kajian Seni.
Dwiastuti. (2015). Wayang Kulit dan Kearifan Lokal dalam Masyarakat Jawa. Jurnal Antropologi Indonesia, 35.
Handayani. (2019). Regenerasi Pelaku Seni dalam Pelestarian Budaya Tradisional. Jurnal Kebudayaan, 18.
Hidayati, N. (2021). Pelestarian Wayang Kulit di Semarang: Antara Tradisi dan Modernitas. Jurnal Budaya Dan Masyarakat.
Kemendikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Pelestarian Seni Tradisional.
Kuntowijoyo. (1994). Metodologi Sejarah. Tiara Wacana Yogya.
Marwoto, O. H. (2012). Wayang Kulit Manusia Antara Mitos dan Kepercayaan. Jurnal Seni Kriya, 1.
Masriyah, A. (2021). Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tembang Jawa “Gugur Gunung” Karya Ki Narto Sabdo. UIN Saizu Purwokerto.
Nurjanah, E. (2021). Kearifan Lokal Nusantara (p. 94).
Prabowo, A. (2019). Peran Dalang dalam Pelestarian Wayang Kulit di Era Modern. Jurnal Ilmu Seni Dan Budaya.
Rohidi. (n.d.). Seni dan Estetika dalam Perspektif Budaya. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Santosa. (2020). Inovasi dalam Pelestarian Seni Tradisional di Era Modern. Jurnal Sosiologi Budaya, 15.
Sari, D., & Setiawan, B. (2018). Wayang Kulit sebagai Media Pendidikan Nilai Budaya. Jurnal Seni Dan Budaya.
Sedyawati. (2002). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Setiawan. (2018). Wayang Kulit Sebagai Media Pendidikan Nilai Budaya. Jurnal Seni Dan Budaya, 1.
Sumaryono, N. (2013). Kepeloporan Ki Tjakrawasita dan Ki Narto Sabdo dalam Seni Karawitan di Indonesia.
Sungaidi, M. (2016). Wayang sebagai Media Penyiaran Islam. UIN Jakarta.
Susanto. (2017). Peran Tokoh Budaya dalam Pelestarian Wayang Kulit di Jawa Tengah. Jurnal Sejarah Dan Budaya, 10.
Tjahyadi, S. (2009). Dekonstruksi Pemahaman Budaya Jawa tentang Hakikat dan Hubungan Kawula-Gusti pada Lakon Wayang “Semar Kuning.” Jurnal Filsafat UGM.
Widiastuti, R. (2020). Inovasi dalam Pertunjukan Wayang Kulit: Studi Kasus Ki Narto Sabdo. Jurnal Seni Pertunjukan.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.